Minggu, 20 April 2008

Langit begitu luas dan biru,dan kau hanya bisa melihatnya dari bawah sambil menggenggam secangkir kopi dan mulai melamun

Malam ini aku merajuk disudut kamarku.
Aku sendiri
dan kesendirian ini memberiku ruang untuk melayang.
Lihat sayapku.
Sepertinya keduanya masih tumbuh dengan malu-malu.
Bahkan mereka berdua belum sanggup mengangkat tubuhku yang berat ini.
Ayo lah, kemarin kau begitu kuat mengangkatku terbang kesana kemari,
Kau membuat angin menyentuh kulitku di luas langit biru.
Kau membuat bintang terlihat lebih terang di mataku,
Kau juga yang membuat matahari merengkuh dan menghangatku.
Belum cukupkah waku yang aku berikan padamu untuk membuat sayap yang baru?
Harus sampai kapan aku menunggu?
Beribu tas yang sudah aku siapkan untuk aku isi dengan bintang yang terang
Kulitku sudah kekeringan menginkan angin menyentuhnya
Matahari memerlukan aku untuk berbagi kehangatannya.
Apa lagi yang kau tunggu, wahai sayap yang angkuh?
Aku sudah terlalu sering berbagi air mata denganmu,
Aku terlalu sering mengalah, bahkan sampai aku tidak mengenali diriku sendiri.
Tuhan mungkin sudah bosan mendengarkan aku terus meminta, mengeluh dan akhirnya tertidur karena kelelahan.
Kau takut tumbuh karena masa lalu mu?
Mengungkit masa lalu kah yang kau takutkan?
Tapi buatku, Tidak ada yang namanya mengungkit masa lalu.
Masa lalu itu seperti tahi lalat yang ada di bahumu.
Kemarin ada disitu dan sampai kapanpun akan selalu disitu.
Kau akan selalu membawanya kemanapun kau pergi.
Hiduplah dari situ.
Berdamailah dengan masa lalu, karena masa lalu lah yang memberikan ruang dan waktu kau sampai sekarang ini.
Didepan ada sebuah lorong harapan yang kita semua tidak tau dimana, seperti apakah ujungnya.
Kita hanya perlu berdoa semoga yang terbaik menurut Tuhan adalah yang juga kita anggap baik.
Nah, sekarang aku sudah siap untuk terbang.
Akan ku tunggu sampai bentuk sayapmu menjadi sempurna.
Dan kita akan bahagia.
Bersabarlah.

Tidak ada komentar: