Selasa, 24 Juni 2008

Rak 2 (Have Fun)


The Library of Mind mengadakan tour, mengunjungi beberapa tempat dibawah ini
(ini bukan merupakan pilihan, tapi merupakan rangkaian yang harus anda ikuti dari awal sampai akhir)

RumahInda
Didalamnya terdapat beberapa ruangan yang besar, dengan langit-langit tinggi, dengan jendela besar yang selalu meniupkan angina sejuk, keramik berwarna orange hangat, dan wangi kopi panas dan kue jahe disetiap sudutnya.
Silahkan masuk, pertama-tama, anda akan menemui :

Museum Cermin
Didalamnya terdapat cermin besar yang dipercaya akan memantulkan bayangan dari isi hati setiap orang yang bercermin dihadapannya. Cermin yang dapat menelanjangi dirimu sendiri, Cermin yang memantulkan bayangan bertapa polos, naïf, dan ketidaktahuanmu akan keindahan dunia. Cermin ini akan memberikan sisi lain dari dirimu yang haus akan kebahagiaan sesungguhnya.

The Chamber of Glasses
Didalamnya ada kacamata yang bisa kamu pakai untuk melihat dan memandang dunia dari banyak sudut pandang. Dengan bantuannya, kamu akan menemukan bahwa dunia akan lebih indah ketika memiliki banyak perbedaan dan berdamai dengan perbedaan tersebut, bukan dengan memakasakan sebuah kesamaan tanpa menyadari bahwa dengan adanya perbedaan kita akan menjadi seseorang dengan kekayaan batin yang luar biasa.
Kacamata ini akan memberikan suatu buah kesabaran untuk dirimu yang belajar ikhlas menjalaninya.

The Corner of The Heart
Diruangan paling sudut, terdapat meja bundar besar yang diatasnya kamu akan menemukan gramofon, sebuah piringan hitam, dan sebuah headphone. Perpaduan sempurna untuk mendengarkan sebuah kisah yang akan menambah luasnya lapangan hatimu, menembus kedalam rahasia hatimu, dan akhirnya akan membuat hatimu menjadi hangat karenanya. Karena suasana hati akan sangat mudah dipengaruhi oleh nada-nada yang beralun dibelakangnya.
Lagu-lagu ini akan membuatmu mempercayai bahwa hatimu setia kepada otakmu.

Kolam Ikan
Berisi ikan-ikan kecil berwarna-warni, yang saling berlompatan, menunggu kamu untuk ditepi kolam dan berbicara dengan mereka. Mereka akan berbagi kebahagiaan denganmu ketika kamu menyimpan logika, rasio atau semua hal yang berhubungan dengan otakmu. Mereka akan menunggumu berbiacara dengan hatimu, dengan emosimu. Karena dengan itulah kamu akan dapat mendengarkan bahasa yang tidak dapat kamu dengarkan dengan logika,nalar atau rasio. Dan bahasa itu akan membantumu untuk lebih santai dalam menikmati hidup.

Sebenarnya masih banyak ruangan lainnya yang akan saya ajak kamu semua dalam tour ini, tapi terlalu panjang untuk dijabarkan disini.
Saya sudah membuat sebuah peta kecil, yang berisi denah RumahInda dan sedikit keterangan mengenai ruangan-ruangan yang ada didalamnya, yang kesemuanya berisi 10 ruangan.
Tour diadakan setiap kamu menginginkannya, hanya saja kami menentukan waktunya. Tour sesi I dimulai pukul 16.00 sampai dengan 18.30.
Setelah break untuk berbagi cerita dengan Yang Kuasa, kemudian bila kamu mau, kamu bisa meminta kami untuk menyajikan segelas kopi hitam dan kue jahe panas.
Tour sesi II akan dimulai pukul 18.45 sampai dengan selesai.
Tour ini tidak ditarik biaya, kamu hanya perlu membawa sebuah senyuman yang tulus.
Diakhir Tour, kamu tidak akan mendapatkan sesuatu yang esensial, hanya sebuah pengalaman berbagi saja yang rasanya semakin langka untuk ditemukan.

Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan kirim pesan singkat melalui nomor 081917547442, kami akan bantu kamu menyusun jadwal tour sesuai dengan waktu kamu.
Enjoy!

Minggu, 15 Juni 2008

The Library of Mind

Rak 1

Selamat datang di The Library of Mind
Perpustakaan mini yang didalamnya ada rak-rak sederhana tentang kesabaran, doa, harapan dan optimisme akan kebahagiaan. Rak kecil yang berisi senyum tulus, perbuatan baik, kasih sayang, keberanian dan keinginan untuk bahagia.
Tidak banyak yang bisa kamu bawa dari perpustakaan mini ini, saya ingin pada akhir perjalanan di perpustakaan ini akan meninggalkan senyum di wajah yang akan saya simpan di kotak harta karun.

The Library of Mind membawa misi
Sebuah perjuangan kecil dalam batin dan keseharian saya dalam menjalani hidup.
Saya sebut perjuangan kecil, karena mungkin untuk saya hal-hal yang akan saya tulis disini merupakan hal yang bisa jadi seperti partikel debu untuk kamu semua, tapi partikel tersebut merupakan bola salju yang semakin besar untuk saya.
Misi yang diawali dari sebuah ayat dalam kitab suci,


Maka Allah ilhamkan kepada jiwa
Keburukan dan kebaikannya.
Sungguh berbahgia
Orang yang mengembangkan kebaikannya
QS Al-Syams (91) : 8-9

Saya diingatkan pada banyak peristiwa yang terjadi dalam kehidupan saya dalam beberapa tahun kebelakang, yang telah merubah jalan, pandangan dan sikap saya dalam menjalani hidup. Peristiwa yang telah memberi saya banyak pengalaman, membiarkan batin saya menjadi kaya, dan rangkaian peristiwa yang menjadikan saya belajar dari kesalahan yang telah saya lakukan. Bukan berarti kedepannya saya tidak akan melakukan hal yang sama secara tidak disadari, tapi mungkin pengalaman itu akan mengajarkan saya bagaimana untuk menerima, berbesar hati dan berdamai dengan diri sendiri.

The Library of Mind membawa konten kebahagiaan untuk dibagikan
Jangan bayangkan kebahagiaan yang membuat anda tiba-tiba menjadi kaya, kebahagiaan yang ada adalah hal yang kecil yang terkadang luput dari perhatian kita. Seperti senyum yang tulus yang bisa dinikmati kapan saja, kenikmatan mandi air hangat ketika tubuh kelelahan, doa-doa yang yang disampaikan kepada Tuhan, tumbuhan yang saya rawat mulai berbunga, keinginan untuk menyebar spirit kepada rekan kerja, kumpulan lagu yang membawa pikiran dan perasaan menjadi tenang atau hanya segelas air yang bisa menghilangkan rasa dahaga.
Hampir setiap hari, saat saya berangkat kerja, saya sering berpapasan dengan seorang bapak tua, yang mendorong gerobak sampah. Tidak ada yang istimewa dari kehadirannya. Hanya sesosok tua, yang mengais tempat sampah yang mungkin menjadi awal roda kehidupannya. Ketika saya perhatikan, bapak tua tadi menoleh, kepalanya mengangguk dan memberikan senyum yang paling tulus yang pernah saya dapatkan dari orang asing.
Semenjak dari situ, saya selalu menanti kehadirannya setiap pagi. Senyumnya membuat saya mempercayai adanya kekuatan yang membuka jendela hati saya lebar-lebar dan angin kebahagiaan berhembus kencang kedalamnya. Membuat saya makin percaya bahwa setiap manusia memiliki hak untuk bahagia dan menikmati hidup apa adanya dengan yang ia miliki saat ini

The Library of Mind menuju Pursuit of Happiness
Ketika saya memutuskan untuk hidup lebih bahagia, lebih ringan menjalani kehidupan ini, seluruh komponen didalam tubuh saya sepertinya mengamini keputusan tersebut.
Sedikit demi sedikit, mereka melakukan perubahan, terutama perubahan di hati.
Mereka bekerja sama untuk membuat langkah saya menjadi ringan, hati saya menjadi lebih mudah untuk tersenyum, menjadi luas dan siap untuk diisi dengan hal-hal yang menyenangkan. Mereka menghidupkan lagi sumur-sumur yang dulu sering meletupkan kehangatan di hati, meraka membangunkan lagi tawon-tawon kecil yang ada di hati saya yang sering menggelitik semua rasa kebaikan dan rasa cinta yang siap saya bagikan kepada siapa saja.
Dari rasa bahagia tersebut, mucul rasa syukur yang luar biasa kepada Allah SWT.
Rasa syukur yang saya pahami, tanpa perlu saya banding-bandingkan, rasa syukur untuk hal-hal yang telah terjadi dalam kehidupan saya. Saya masih belajar untuk tidak lagi menyesali atas semua yang terjadi dalam kehidupan saya sebelumnya.
Saya akan terus belajar untuk selalu bersyukur dan bersabar. Mungkin dua sikap ini yang akan membuat saya lebih bahagia
Insya allah

"...Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat
kepadamu.."
(Q.S. Ibrahim 14 :7)

Kamis, 12 Juni 2008

AM & PM



Kebahagiaan dimulai ketika kepala menengadah menatap langit biru diPagi hari
Hamparan luas yang mengizinkan hanya awan untuk ada didalamnya
Membentuk sebuah senyuman yang kehadirannya akan membuatmu selalu bersyukur atas waktu yang membiarkanmu menikmatinya.
Perlahan angin menembus awan, meniup perlahan dan menghantarkan rasa sejuk
Hembusan yang akan membiarkan senyum itu bertahan, dan dibagikan kepada orang-orang yang berlalu didepannya.
Berbagi rasa bahagia yang kehadirannya tak terduga
Berbagi rasa bahagia yang timbul karena rasa bersyukur untuk waktu yang telah diberikan untuk sekali lagi menikmati pagi.
Pagi membiarkannya melihat kesibukan penghuni bumi,
Segala rupa, bentuk dan perilaku yang membuatnya tersenyum
Bertapa sibuknya mereka semua di pagi yang bermentari.
Saling menatap, menilai dan menyimpannya dalam kehangatan pikiran
Pagi membiarkannya terlibat dalam kesibukan,
Ritual yang berulang dilakukannya, dan membuatnya sekali lagi mengucap syukur
Doa yang dilambungkan menuju Sang Khalik untuk tetap membiarkannya menikmati pagi ini.
Pagi,
Langkah pertama yang akan menuntunnya menuju kebahagiaan lainnya
Awal lamunan tentang apa yang akan terjadi setelah matahari meninggi
Kebahagiaan kembali membuncah ketika matahari merubah tubuh menjadi jingga.
Keteduhan hadir dari paras setiap penguhi bumi.
Kehangatan dan kelelahan menjadikannya ramuan yang sempurna untuk menikmati sisa hari
Awan,Angin dan Langit saling berlomba membantuk wujud, mewarnai tubuh dan membentuk siluet yang indah atas bantuan matahari
Membiarkan matanya menjadi terbelalak, lidah berdecak, dan hati, sekali lagi bersyukur
Menghadirkan letupan letupan kecil didalam rongga hati
Dan dihadirkan dalam bentuk senyuman yang hadir dengan tulus
Ketika cahaya matahari menyelinap diantara dedaunan, menjadikannya berwarna keemasan
Ketika angin telah melewati hari yang panjang, menjadikannya udara yang membuatmu bisa bernapas lebih panjang
dan langitpun bersiap menutup tirai keemasannya, membuat bumi menjadi biru dan hitam kemudian
Sore Hari,
Pemberhentian pertama dari langkah menuju kebahagiaan yang sempurna
Akhir perjalanan di eposide hidup yang membuatnya bahagia
Dan menutupnya dengan Doa.

(Untuk seseorang yang mencintai Pagi & Sore..dan berbagi cintanya dengannya)

Kamis, 05 Juni 2008

Peri Bontel & Tuan Murakami

Peri Bontel meneruskan langkahnya.
Tiba-tiba pantai ini menjadi tempat yang luas, jalan yang tak berujung.
Langit masih berwarna keemasan.
Neptunus sedang tertidur, kelelahan mengikuti langkah Peri Bontel
Semakin berat dirasa punggunngnya menanggung beban ransel itu
Boomerangnya belum juga kembali, dan hullahoop sedang enggan untuk berputar.

Tiba-tiba dari kejauhan ada Peri yang berlari-lari menuju kearahnya.
Peri Bontel kebingungan,
Apakah dia mencariku? Bisik peri bontel, pada bontel-bontel kecil dihatinya.
Semakin mendekat, wajah peri kurus yang menggunakan celana pendek itu menghampirinya.
Wajahnya memerah karena kepanasan, matanya hilang dibalik kerang cokelat transparan yang menempel diwajahnya dan rambut hitam yang panjang menyentuh pasir pantai.
Peri yang unik. Pikir Peri Bontel
“Peri Bonter?”
Peri Bontel menggelembungkan pipinya tanda aneh
“Kau Peri Bonter?”
Peri Bontel menggeleng
“Tapi Neptunus birang, jika ada peri kecir berjaran di tepi pantai, berarti dia peri bonter”
Peri Bontel menggaruk rambutnya. Ia tidak mengerti
“Beturkah kau Peri Bonter?”
Lalu sambil memilin-milin ekornya, Peri Bontel mulai bersuara
“Aku Bontel.Kau salah”
“Yaa..Kau Bonter”
Peri Bontel memicingkan matanya. Peri Ceking yang membingungkan
“BONTEL” teriak Peri Bontel kencang
Peri Ceking itu tertawa, dan Peri Bontel menatapnya tak percaya.
“Aku tau namamu seperti yang kau sebutkan tadi, tapi aku tidak bisa mengucapkan huruf akhir dinamamu”
“Kenapa?”
“Di tempat rarihku, tidak ada huruf itu”
Peri Bontel memandang Peri Ceking kagum.
Dia pasti dari sebuah Planet yang jauh denganku, pikir Peri Bontel
“Namamu siapa?”
“Murakami”
“Muratmarit?”
“Bukan, tapi Murakami”
Ah, nama yang baru terdengar buat Peri Bontel. Dia hampir melompat kegirangan mempunyai satu nama baru yang akan ia simpan dikotak nama kawan-kawannya.
“Namamu bagus, aku suka namamu”
Murakami bercerita tentang tempat asalnya dan mengapa ia terdampar di pantai ini. Peri Bontel menyukai kata-kata yang Murakami ucapkan. Semuanya terdengar baru ditelinganya, dan meskipun ada banyak kata-kata yang tidak ia mengerti ketika Murakami mengatakannya, Peri Bontel tetap mengangguk-anggukan kepalanya dengan semangat.
“Jadi Tuan Murakami sedang mencari ujung pelangi yang akan menyambungkannya ke rumah Tuan?”
Murakami mengangguk.
Peri Bontel berpikir keras, belum pernah selama ini ia melihat ujung pelangi. Seperti apa wujudnya pun ia tidak tau.
“Neptunus bilang,Peri Bonter adalah Peri yang memiriki pantai ini”
Peri Bontel tersipu-sipu. Pantai ini suakanya. Biasanya para peri menyukai pantai dengan pasir berwarna putih dengan ombak yang tenang, tapi Peri Bontel lebih menyukai pantai yang memiliki ombak yang saling berkejaran dengan cepat dan pasir yang berwarna hijau.
Sambil melihat kearah langit, mengharapkan ujung dari pelangi, Tuan Murakami mengeluarkan sebuah kotak kayu dari saku celananya. Ketika kotak itu dibuka, terlihat sinar terang yang sangat bergemerlapan
“Apa itu?” Tanya Bontel
Murakami menjelaskan bahwa itu adalah potongan matahari yang ia simpan. Murakami memerlukannya ketika ia merasa sedih dan hatinya terasa dingin. Kemudian Murakami memotong matahari itu sedikit, dan memasukannya kedalam mulut dan mulai mengunyahnya.
“Tuan memakan Matahari?”
Murakami mengiayakan pertanyaan Bontel dengan tersenyum.
Bontel kembali menggelembungkan pipinya
“Tuan Murakami adalah Peri yang aneh yang pernah Bontel temui.Selama ini orang-orang yang selalu mengatakan kalau Bontel anak yang aneh, ternyata Tuan pun sama anehnya dengan Bontel”
Tuan Murakami tertawa. Sambil terus berjalan dan mengunyah matahari, Murakami berkata “Kebeturan aku menyukai peri yang aneh” Bontel terdiam “Peri-peri yang kerihatan normar dan menjarani hidup dengan normar-mereka adalah orang-orang yang harus kita waspadai”
Bontel merasa bahwa Tuan Murakami adalah Peri yang pintar, mungkin karena dia banyak memakan matahari.
“Tuan Murakami sangat pandai, Bontel senang”
Murakami tertawa keras. “Ini bukan tentang kepandaian. Aku tidak sepandai itu, aku hanya memiriki pemikiran sendiri.Itulah sebabnya orang-orang tidak menyukaiku. Mereka menganggap aku seraru mempermasarahkan har-har yang sebaiknya dibiarkan saja. Jika kau terraru memikirkan har-har yang remeh, orang-orang enggan untuk berurusan denganmu”.
Bontel mengangkat alisnya. Bontel tidak mengerti perkataan Tuan Murakami, tapi apapun artinya, pastilah yang Tuan Murakami adalah sesuatu yang hebat.
Tiba-tiba Bontel melihat sesuatu yang melambai-lambai diujung langit sore. Terlihat seperti ekor kecil yang memanjang sampai kearah langit tinggi.”Tuan Murakami, itukah ujung pelangi yang kau cari?itukah ujung pelangi”
Murakami menengadah melihat kearah yang Peri Bontel tunjukan.Murakami tersenyum senang.”Itu yang aku cari selama ini, itu ujung Perangi yang aku cari serama ini. Ujung perangi yang akan membawaku purang, dan bertemu dengan semua Peri di tempat asalku”
Sambil menemani Tuan Murakami berjalan bergegas menuju ujung Pelangi itu, Peri Bontel merasa hatinya ditusuk-tusuk lagi. Ia seperti baru saja menemukan teman baru yang menyenangkan, tapi semuanya harus diakhiri dengan cepat.
“Aku tidak tau bagaimana harus berterimakasih atas segara bantuan mu” Ujar Murakami. “Aku akan mendoakan segara har yang baik untukmu”
Peri Bontel akhirnya tersenyum, tak apa baginya kesedihan karena kepergian Tuan Murakami, asal dia pernah memberi sesuatu yang berarti untuk kawannya.
“Mudah-mudahan doa mu terkabul” kata Peri Bontel sambil tertawa riang
Sebelum Murakami naik ke ujung pelangi, dia mengeluarkan sepotong kayu yang berwarna kuning dari sakunya dan memberikannya kepada Peri Bontel. “Ambillah bongkahan ini. Anggap saja sebagai hadiah perpisahan dan ucapan terimakasih telah menemaniku mencari ujung pelangi. Aku harap ini bisa bermanfaat untuk mu”
“Terimakasih banyak” Kata Peri Bontel, lalu dengan hati-hati menyimpannya dalam ranselnya. Peri Bontel tidak tau apakah fungsi dari kayu itu, dan juga tidak tahu bagaimana cara mengggunakan kayu itu, tapi ia pikir jauh lebih sopan bila ia menerima pemberian itu.
Tuan Murakami melambaikan tangannya, dan akhirnya hilang dibalik awan. Peri Bontel terus melambaikan tangannya kearah awan yang membawa Tuan Murakami berkumpul lagi dengan kawan-kawannya. Setelah tangannya terasa pegal, Peri Bontel kembali berjalan menyusuri pantai.
“Pelangipun memiliki ujung, kalau begitu sama halnya dengan pantai ini” pikir Peri Bontel. “Begitu juga dengan hidupku, pasti akan berujung”
Ketika berjalan lagi, Peri Bontel merasa punggungnya basah, tapi bukan oleh keringat. Peri tidak berkeringat.Ketika Peri Bontel,menyentuh dan menciumnya, itu seperti cairan kental yang berwarna merah dan berbau amis.
“Punggungmu mulai berdarah, tel”
Kepala Neptunus tepat berada dibelakang Peri Bontel. Tepat dipunggung Peri Bontel yang berdarah.
“Bontel takut ,nus”
“Unus tau”
“Temani Bontel terus ya nus”
Neptunus mengelus rambut Peri Bontel “Tapi suatu ketika ada waktunya Bontel harus pergi sendiri, Unus tidak bisa temani Bontel lagi”
Peri Bontel menyadari, jika pada akhirnya dia harus sendiri mengatasi masalahnya, tanpa bantuan siapapun. Dewa sekuat,sehebat dan sebesar Neptunus pun tidak mampu membantu makhluk selemah,serapuh dan sekecil Peri Bontel. Dirinya sendirilah yang paling bisa diandalkan
Dari punggungnya menetes cairan merah berbau amis itu lagi dan mulai terasa sakit.
Ada apa dengan sayapmu, tel?

Selasa, 03 Juni 2008

Peri Bontel & Neptunus

Peri Bontel sedang berjalan ditepi pantai.
Hatinya biru.
Padahal langit sedang berwarna kuning keemasan.

Ditangan kirinya, Peri Bontel membawa boomerang bergambar kanggoroo
Peri Bontel menyukai sesuatu yang pergi akan kembali lagi.
Ditangan kanannya, Peri Bontel membawa Hulahoop
Peri Bontel menyukai perkerjaan yang berulang-ulang disatu tempat

Dari tas yang ia gendong, sepertinya Peri Bontel akan pergi jauh.
Tas yang ia bawa besar sekali sampai sayapnya tak terlihat

Ketika ia sedang berjalan menunduk,
Peri Bontel tidak menyukai berpapasan dengan orang lain
Dewa Neptunus memanggilnya dari Laut.
"tel, kemana sayapmu akan membawamu kali ini?"

Peri Bontel memandang Laut Luas,
Dia mengenali Neptunus ketika mencari lingkaran hallo didasar laut yang tertinggal ketika ia mencari mutiara
Meskipun dia mendengar perkataan Neptunus, Peri Bontel tidak bisa melihatnya
Maka ia hanya menggeleng pelan dan kembali menduduk.

Neptunus keheranan.
Peri Bontel dikenal sebagai peri yang selalu berusaha tertawa ketika langit mendung
Selalu bernyanyi, ketika bumi basah oleh hujan
Selalu bertepuk tangan, ketika hatinya disinari matahari
Tapi kali ini Peri Bontel berlaku tidak seperti biasanya.

Peri Bontel terus berjalan, dan Neptunus mengikutinya
Sesekali Neptunus meniup pelan rambut Peri Bontel
Biasanya Peri Bontel akan berpura-pura memasang muka kesal, lalu menggerutu karena Neptunus telah mengacaukan rambut keritingnya yang sulit untuk rapi itu
Tapi kali ini Peri Bontel hanya tersenyum sedkit, kemudian kembali murung.

"Bontel mau pergi, nus"
"Kemana?"
"Bontel Ga Tau"
"Kenapa?"
Lalu tanpa menjawab, Peri Bontel melepaskan ranselnya
"Lihat, nus"
Lalu Neptunus melihat bagian punggung Peri Bontel
Mulut Neptunus menganga lebar, kaget dengan apa yang ia lihat.
"Apa yang terjadi?"
"Bontel Ga Tau"
Neptunus kebingungan
"Mau cerita?"
Bontel Menggeleng
"Kenapa?"
"Bontel Ga Mau"
Neptunus Bingung
Bontel semakin Murung
"Bontel mau Unus bantu?"
Bontel Mengangguk
"Kalau gitu Bontel cerita ada apa"
"Nanti saja ceritanya"
Neptunus kembali bingung
"Memang apa yang terjadi 'tel?"
Bontel membalikkan tubuhnya yang kecil dan gempal itu, dalam banyangannya Neptunus adalah sosok yang besar, yang kepalanya ada di ujung langit dan kakinya ada di dasar laut.
Dengan jarinya yang sebesar pensil, Bontel mengomel.
"Dikepalamu hanya ada kata tanya ya, nus?"
"Sepanjang pantai ini, kamu hanya bertanya"
"Kenapa,Mengapa,kemana. Semua kata tanya"
Bontel memasang lagi ranselnya, berjalan bergegas, dengan harapan menjauhkan dirinya dari Neptunus.
Neptunus bingung.
Peri Yang Aneh.
Tapi Neptunus tetap akan menemani Peri Bontel memulai perjalanannya.
Neptunus menyayangi Peri Bontel seperti ia menyayangi rumput laut yang sering memijat kepalanya ketika ia mual oleh bau ikan yang amis
Karena, rasa sayang akan selalu mengizinkannya untuk memahami dan menerima hal-hal yang tidak biasa ia rasakan.
Kemana Peri Bontel akan pergi?

Nyatanya bukan Aku

Aku memalingkan wajahku,
Tamparan bertubi-tubi mengenai hati dan perasaanku.

Disaat aku tidak mengenal diriku sendiri,
mereka semua sibuk menebak-nebak, mengira-ngira,
menghipotesa dari setiap ucapan,tingkah laku
dari pemikiranku yang pendek, tingkah laku yang tidak mencerminkan usiaku
Selalu saja ada yang salah dengan diriku

Ada apa denganku?

Aku membiarkan diriku dicaci,
Aku tak berdaya ketika mereka menyeretku sampai ke sudut
Aku terlalu lemah untuk mengatakan tidak
Aku terlalu lelah memandang semua situasi ini

Apa salahku?

Mengapa dunia....
tidak membiarkan aku membentuk suaka ku sendiri?
tidak membiarkan aku bahagia dengan caraku?
....seolah-olah telah menyediakan kotak-kotak, dan aku harus memilih?
tidak menyayangi diriku apa adanya?

Mengapa aku harus menjadi seorang dengan identitas?
Mengapa aku?

Aku bukanlah seseorang dengan....
kaki yang bisa mencengkram kuat pijakannya
isi kepala dari daun-daun yang ringan berterbangan
tangan yang kuat untuk memecahkan kebekuan es
hati yang yang terbuat dari emas...

Aku mudah
....kecewa,
............tertawa.
....patah hati,
..untuk dicintai

Biarkanlah....
..waktu yang akan mendewasakanku
..angin yang akan membawaku pergi
..kaki ini melangkah kemanapun dia inginkan
..Hati ini memilih apapun yang aku mau..

Aku hanya akan menjadi diriku sendiri

Minggu, 01 Juni 2008


Aku ingin berhenti berpuisi,
Kata-katanya selalu membuat hatiku menjadi biru
Aku ingin berhenti berpuisi,
Kata-katanya acapkali membuat bibirku menjadi kelu
Aku ingin berhenti berpuisi,
Kata-katanya seringkali menusuk hatiku

Aku ingin menulis puisi,
karena dengan berpuisi, aku bisa menumpahkan isi hati yang tak mungkin kubagi
Aku ingin menulis puisi,
karena dengan berpuisi, aku ingin dunia memahamiku
Aku ingin menulis puisi,
kerana dengan berpuisi, aku akan membiarkan dunia menyentuhku.

Sunday Morning (Gak Penting)

Minggu pagi
Saya memiliki Ritual tanggal satu setiap bulannya. Ritual yang saya nikmati setaip saya melakukannya. Masuk ke inbox message, tekan options, pilih mark all, tekan select, lalu saya delete semua pesan singkat atau pesan gambar yang ada di inbox saya. Bulan ini ada 1112 pesan yang masuk, yang selama sebulan sengaja tidak saya hapus. Isinya macam-macam, ada undangan pernikahan kawan dekat, undangan pameran buku, sapaan dari kawan lama, pesan gambar beberapa ekor ikan kesayangan dari seorang kawan, doa-doa,penyemangat hari, keluhan, pernyataan perasaan atau hanya sebuah pesan untuk membeli jeruk dari ibu.
DELETE ALL
Saya siap menghadapi bulan ini tanpa dibayangi dengan sesuatu yang buruk yang terjadi dibulan kemarin.
Hari masih pagi.
Setelah kamar selesai dibereskan, setelah bunga-bunga sudah selesai disiram.
Belum ada keinginan untuk segera mandi, hari masih terlalu pagi meskipun matahari sudah terasa panas, dan sepatu yang tadi saya jemur sudah kering.
Sarapan dengan ikan makarel kalengan juga sudah sampai diperut saya, segelas air putih dalam mug kuning sudah saya habiskan.
Saya masih punya peer untuk menyelesaikan sebuah novel setebal 597 halaman. peer yang saya buat sendiri, seperti janji yang telah saya ikrarkan kepada diri saya sendiri untuk menyelesaikannya sesegera mungkin. Janjinya yang didasari keinginan kuat untuk tidak membeli buku yang baru kalau si 597 halaman tadi belum saya habiskan dengan semangat yang sama setiap saya mulai membacanya.
Ditemani satu cup yoghurt rasa strawberry, yang katanya bisa membantu melancarkan percernaan. Bukan, saya tidak memiliki masalah dengan pencernaan saya. Mereka lancar-lancar saja. Mereka datang setiap harinya dengan jadwal yang sama dan gejala yang tidak pernah berubah. Hanya saja, yoghurt itu yang ada di kulkas milik ibu. Dan rasanya mengingatkan saya pada permen coco rico (kokoriko) yang sering saya beli ketika saya masih SD.
Saya nyalakan radio tape (memang apa bedanya radio dengan tape?entah.) yang tulisan PHILIPS nya masih sangat berkilauan. Tentu, radio ini masih baru, saya beli dengan cicilan tanpa bunga selama 12bulan. Bukannya uang gaji saya tidak cukup untuk membeli secara kontan, tapi saya masih perlu uang tersebut dialokasikan untuk hal lainnya. Semalam si phiphi (panggilan kesayangan untuk radiotape cicilan tadi) menemani saya menghabiskan malam minggu menyaksikan film serial yang saya beli sorenya (si phiphi memiliki kemampuan untuk memutarkan gambar juga, bukan hanya suara). Tadinya saya mendengarkan lagu-lagu jazz (yang tidak saya mengerti alirannya) funk jazz,nu jazz, jazz lounge,atau entah apalagi namanya. Tapi lama-lama saya bosan, saya putar cd penyanyi wanita. Penyanyi asal Indonesia, tapi lagu-lagunya sebagian besar berbahasa inggris.mengapa ia tidak bernyayi dalam bahasa Indonesia ya?Apakah karena ia mengenal bahasa inggris lebih dulu sebelum bahasa Indonesia?padahal dari wajahnya saja dia sangat-sangat pahatan orang jawa.Ah, saya mau mendengarkan radio saja. Pindah-pindah saluran sampai akhirnya saya menemukan lagu yang say ingin dengarkan (jammie cullum sedang bernyanyi di radio itu) kepala saya ikut mengangguk-angguk mendengarkan lagunya. Sedikit ikut bersenandung, walaupun lebih tepatnya dikatakan menggumam, saya tidak pintar berbahasa inggris.
Saya kembali ke si 597 tadi. Di salah satu bab nya ada bagian yang saya sukai. Ketika membacanya, seakan saya ikut berelaksasi dengan si tokoh. Dan tidak ada salahnya untuk saya tuliskan disini, supaya ini bisa dijadikan adonan awal ketika kita semua ingin melamun. Begini sebagian tulisannya …
Bila tidak berawan, aku keluar dan menatap langit. Bintang-bintang itu tidak kelihatan menakutkan seperti sebelumnya, dan aku mulai merasa dekat dengan mereka. Setiap bintang memberikan cahayanya sendiri yang luar biasa. Aku menandai bintang-bintang tertentu sekaligus memperhatikan bagaimana berkelap-kelip dimalam hari. Sesekali mereka bersinar lebih terang untuk beberapa saat. Bulan juga bergantung di langit, pucat dan terang, dan jika aku mengamati lebih dekat lagi, aku seperti dapat melihat setiap celah yang ada. Aku tidak memikirkan apa-apa, hanya memandangi langit dan terpesona. Acapkali aku berbaring di lapangan terbuka berbentuk bulan dan membiarkan matahari menyinariku. Dengan mata tertutup rapat, aku menyerah padanya, telingaku terpusat pada angin yang bertiup melalui puncak-puncak pohon. Terbungkus keharuman hutan, aku mendengarkan kepakan sayap burung, hingga gemerisik pohon-pohon pakis. Aku bebas dari gravitasi dan mengambang – sedikit- dari tanah serta melayang di udara. Tentu saja aku tidak bisa terus begitu. Sekedar sensasi sesaat-aku membuka mata dan semuanya hilang. Tetap saja, hal itu merupakan pengalaman yang menyenangkan. Melayang di udara".

Hari semakin siang dan matahari semakin berada diatas puncak langit.Panasnya matahari membuat saya merindukan air dingin untuk membekukan tubuh dan otak saya.
Sudah cukup saya melamun hari ini.
Saya harus mandi dan menikmati hari