Minggu, 23 Maret 2008

Sajak Ulat

Aku duduk di ujung bangku panjang yang terbuat kayu dibawah pohon rindang..
Aku menyanyikan lagu tentang angin,matahari dan hujan.
Sesekali aku bersiul
Angin mulai betiup kencang, mengacak rambutku yang memang sengaja tidak aku rapihkan.
Hujan mulai turun.menetes sedikit demi sedikit di kepalaku.

..............tes

....................tess

....................tes

Tiba-tiba matahari datang, hujan iri.akhirnya dia pergi.
Ibu memanggilku masuk rumah, tapi aku tak mau.
Langit terlihat sangat luas dari luar sini.

Tiba-tiba aku ingin bersajak tentang cinta.
Aku mulai berbicara dengan diriku sendiri.

...........................gila

Kata-kata yang keluar dari bibirku baru pertamakali aku dengar.

Hey,ternyata aku seoarang pujangga.
Aku tidak memerlukan kau untuk membuat sajak cinta.


Tiba-tiba seekor ulat jatuh dibangku temapt ku duduk.
Lelah rupanya dia menjelajah pohon itu.

Duduklah ulat kecil, kita berpuisi.
Orang berlalu lalang dihadapan kita.
Gila dikata kita berdua.
Ah, mereka hanya iri.
Mereka tidak sepintar kita berdua.

........................sombong.


Gatalkah tubuhmu?
Kau berjalan tidak pernah lurus, selalu menggaruk-garuk tubuhmu dipermukaan jalan.
Mengapa tidak kau pakai sepatumu?
ibumu pasti marah melihat kau tidak memakai sepatumu.
sedikitkah waktumu untuk memasang sepatu dari sekian banyak kakimu?


Ibu memanggil ku lagi dari dalam rumah.
Khawatir melihatku berbicara denganmu.

Pulanglah ulat kecil..
besok aku tunggu kau di bangku kayu ini lagi.
aku akan bawa cerita tentang hariku padamu.
Kau akan bercerita pohon mana yang kau kunjungi hari itu.

Ah,
awal pertemanan yang menyenangkan.

Tidak ada komentar: